London - Mulai merasa lelah dengan sepakbola membuat Carlos Tevez memikirkan gantung sepatu lebih cepat. Hal lain yang cukup mengusik dirinya adalah kiprahnya di tim nasional Argentina akhir-akhir ini.
Diberitakan sebelumnya, Tevez mencetuskan niat pensiun dini karena beberapa hal. Antara lain dirinya mulai merasa capek, ingin punya waktu lebih banyak dengan kehidupan pribadi dan keluarganya, serta masih tak bisa berbahasa Inggris walaupun sudah empat tahun berkarir di Negeri Ratu Elizabeth tersebut (bersama West Ham, Manchester United, dan kini Manchester City).
Dalam wawancaranya dengan harian Argentina Ole, hal lain yang diungkapkan Tevez adalah seputar Tim Tango, yang harus dengan susah payah lolos ke putaran final Piala Dunia 2010.
"Aku punya banyak kesempatan di timnas, dan aku tidak bermain dengan bagus," tutur penyerang berusia 25 tahun itu, yang sudah berseragam Albiceleste sejak 2004 itu.
"Ketika tim butuh banyak gol, Anda harus bikin gol, dan aku tidak berhasil. Dan jika Anda tidak mencetak gol, ada pemain-pemain lain yang bisa melakukannya lebih baik dibanding Anda," sambungnya.
Tevez telah mengantongi 51 caps tapi koleksi golnya sebagai pemain lini depan tergolong sedikit, yakni delapan.
"Argentina seperti itu. Dan itu sempurna karena tidak ada mahkota untuk pemain tertentu. Tapi ini menjadi rumit buatku karena aku tak suka jadi cadangan.
"Tapi Diego (Maradona) benar, momenku sudah lewat. Aku telah main di banyak pertandingan dan tidak terlalu berguna untuk tim. Aku tahu itu."
Salah satu catatan buruk Tevez di babak kualifikasi Piala Dunia 2010 adalah dia dikartu merah dua kali dalam tiga pertandingan karena melakukan pelanggaran berat terhadap pemain lawan.
"Aku masih harus bekerja keras dan memberi tekanan pada striker-striker lain. Aku takkan melewatkan Piala Dunia. Aku ingin bertahan di skuad dan berusaha lebih keras lagi."
"Tapi aku pun masih menjadi pemain masyarakat, karena aku tak pernah mendapat cemoohan dari fans," demikian dikutip dari The Sun.
Lebih lanjut Tevez mengatakan, dirnya pernah berpikir untuk pensiun dari timnas karena para pemain sering dikritik dengan sembarangan, dianggap mata duitan, dan kurang mencintai bermain untuk negaranya.
"Saya sempat bertanya kepada diri sendiri, kenapa saya harus terus main kalau menang atau kalah pun, bagi mereka sama saja," ujarnya. "Ada ketidakjujuran di Argentina. Situasi di sana sulit. Ayahku masih bekerja dan dia bilang, kehidupan di sana rumit. Maling membunuh tanpa alasan. Orang kaya makin kaya, orang miskin semakin miskin." ( a2s / a2s )
Sabtu, 14 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar